Dalam hal
peristiwa Datuk Hitam di Payakumbuh, yang memaksa dia untuk mepergunakan
samurai itu justru Datuk itu sendiri. Betapapun susahnya si Bungsu untuk
menahan diri agar tak tersinggung, namun Datuk itu seperti “memaksa” agar dia
mempergunakan samurainya.
Si Bungsu
barangkali takkan marah kalau yang dihina Datuk itu dirinya saja. Tapi begitu
Datuk itu memaksa perempuan muda itu untuk melakukan hal-hal yang tidak-tidak,
amarahnya segera bangkit. Dan terjadilah peristiwa itu.
Di Pekanbaru
ini, sejak mula untuk menghindarkan dirinya terlibat dalam perkelahian, dia
sengaja meninggalkan samurainya di penginapan.
Berhari-hari
dia berjalan di pelosok kota tanpa samurainya. Namun suatu hari, yaitu di hari
ke enam dia berada di kota itu, entah apa sebabnya, tahu-tahu dia mendapatkan
dirinya berada ditengah kota dengan samurai itu ditangannya.
Dia benar-benar
jadi sadar ketika duduk minum kopi di sebuah lepau cina. Ketika akan duduk, dia
meletakkan samurai itu di atas meja.
“Jangan di sini
tongkatmu diletakkan sanak, sandarkan saja di bawah….’ Kata orang yang duduk
diseberang tempatnya. Ditatapnya “tongkat” yang melintang diatas meja itu.
“Samurai…”
bisik hatinya. Kenapa sampai kubawa hari ini? Pikirnya lagi.
Dia coba
mengingat apa sebabnya ketika akan meninggalkan bilik penginapan tadi pagi dia
membawa samurai ini.
Tak ada sebab
yang luar biasa. Rasanya setelah berpakaian, dia lalu bersisir. Kemudian
membetulkan kasur. Dan di bawah bantal
dia terpegang pada samurainya. Tanpa sadar sepenuhnya, dia meletakkan samurai
yang biasanya dia simpan di bawah bantal itu ke atas meja.
Selesai
membetulkan kasur dan bantal, dia memakai sandal. Lalu sambil melangkah keluar,
tangannya mengambil samurai di atas meja itu. Dan lupa untuk menyimpannya lagi
ke bawah bantal. Lalu kini samurai itu terletak dia tas meja.
“Ambil
tongkatmu itu bung!!” dia dikagetkan oleh suara lelaki itu kembali. Dengan
gugup dia mengambil tongkatnya.
“Ya. Maaf,
maaf….” Katanya sambil berjalan. Lebih baik dia mencari meja lain saja daripada
duduk semeja dengan lelaki itu. Perasaannya mulai tak sedap. Kalau dia duduk
saja di sana, mungkin bisa terjadi perkelahian yang tak diingini.
Makanya diambil
tempat di sudut ruangan. Memesan segelas kopi es dan sepiring sate Pariaman.
Ketika akan memakan sate, matanya melirik lagi kepada lelaki yang tadi mengherdiknya.
Lelaki itu kelihatan gelisah. Sebentar-sebentar matanya memandang ke jalan
raya.
Si Bungsu
menjadi maklum, lelaki itu jadi pemberang karena ada sesuatu yang menyebabkan
dirinya gelisah. Ketidak seimbangan pikiran membuat dia mudah tersinggung. Si
Bungsu lalu makan satenya. Ketika dia akan meminum kopi esnya, seorang lelaki
lain datang ke dekat lelaki yang menghardiknya tadi.
Mereka
berbisik. Dan lelaki yang membentak si Bungsu tadi bergegas tekad. Nampaknya
dia ingin melangkah ke arah si Bungsu. Namun deru kendaraan bermotor di luar
membuat dia menghentikan langkahnyanya. Tapi tak urung dia menoleh dan berkata
tajam:
“Mata-mata
jahanam! Kau jual negerimu pada Belanda. Mampuslah kau!” dan seiring dengan
ucapan ini, tangannya bergerak sangat cepat ke pinggang. Lalu tersenyum. Hanya
naluri si Bungsu yang amat tajam itu sajalah yang menyelamatkan dirinya dari
celaka.
Firasatnya
merasa bahwa ada bahaya yang meluncur ke arahnya bersamaan gerak tangan lelaki
itu. Dengan gerak reflek, dia menyambar dan mencabut samurai di atas meja. Dan
dua kali samurainya berkelabat dengan amat cepat. Dan dengan sangat tepat
sekali samurainya menghantam dua buah pisau kecil yang mengarah pada leher dan
jantungnya.
Kedua pisau itu
terpental dan menancap di loteng. Si Bungsu kaget. Kaget bukan atas serangan
pisaunya, tapi kaget dengan tuduhan bahwa dia mata-mata Belanda. Dia ingin
bicara, tapi kedua lelaki itu telah keluar dengan cepat. Namun di luar sudah
berhenti mobil tadi. Dan dari atas sebuah Jeep Militer yang dicat loreng-loreng,
berhamburan serdadu-serdadu Belanda!
Saat itu adalah
hari-hari dimana Jepang telah menyerahkan kekuasaannya di Asia Raya pada
belatentara Sekutu. Niat mereka semula untuk melanjutkan terus perjuangan
menjadi batal karena perintah dari Tenno Haika, adalah penyerahan total.
Dengan
demikian, tidak hanya balatentara Jepang, tetapi juga seluruh Kerajaan Jepang,
termasuk Maharaja Tenno Heika, berada di bawah kekuasaan balatentara Sekutu
yang di Asia dan Pasifik dipimpin oleh Jenderal Mack Arthur!.
Seluruh
balatentara Jepang dilucuti. Para jenderal ditahan dan disiapkan untuk
menghadapi Mahkamah Perang. Tenno Heika sendiri, meski tetap berada di
istananya, namun secara de jure berada dibawah tawanan sekutu.
Bom atom yang
dijatuhkan Amerika di kota Hiroshima dan Nagasaki telah menyebar sebuah bencana
dan tragedi Nasional di negara Sakura itu. Ratusan ribu penduduk sipil dan
militer mati seketika. Dan ratusan ribu lainnya menderita di rumah sakit. Mati
secara perlahan atau menderita cacat seumur hidup. Perang telah
meluluhlantakkan penduduk sipil yang tak tahu apa-apa. Perempuan, lelaki,
kanak-kanak dan bayi mati jadi korban keganasan mesiu.
Dan Bom Atom
yang meluluhkan itu, membuat rasa superior bangsa Jepang jadi merosot ketitik
nol. Rasa bangga yang didengungkan selama ini oleh kalangan militer, bahwa
Jepang penakluk dunia, tiba-tiba berlutut kehabisan daya dibawah sepatu Sekutu.
Dan dengan demikian, dengan terhentinya peperangan Jepang Sekutu itu,
terselamatkan pula ratusan ribu naywa lainnya. Nyawa dan harta benda yang
terselamatkan itu terutama dipihak Jepang dan dipihak Sekutu.
Sebab, tiga
puluh tahun kemudian, menurut analisa para ilmuan, kalau saja bom atom tak
dijatuhkan dan memaksa Jepang bertekuk lutut, maka perang masih diperkirakan
akan berlangsung selama setahun lagi.
Dan selama
setahun itu, menurut perhitungan dipihak Sekutu akan jatuh korban nyawa
sebanyak 200 ribu tentara. Dipihak Jepang akan jatuh korban sebanyak 900 ribu
tentara. Tapi karena peperangan akan berlangsung di Negara Jepang sendiri, maka
penduduk sipil yang akan mati oleh keganasan peluru itu, diperkirakan mencapai
2 juta!
Itu baru
tentara dan penduduk Jepang. Karena Jepang menguasai negara-negara di Asia
Tenggara maka mau tak mau, penduduk di negara-negara itu, termasuk Indonesia
juga akan terkena getah peperangan.
Tapi untunglah
bom atom menyelesaikannya. Dan korban yang demikian banyak tak perlu berjatuhan
lagi. Baik dipihak Jepang maupun dipihak Sekutu. Namun tak berarti penderitaan
bangsa Indonesia sudah berakhir. Berhentinya peperangan antara Sekutu dengan
Jepang, justru merupakan titik sambung peperangan antara Belanda dengan tentara
Indonesia.
Peperangan
antara Belanda dan Indonesia itu sudah bermulai ratusan tahun yang lalu. Telah
banyak pejuang-pejuang yang gugur. Sebutlah Iman Bonjol, Diponegoro, Pattimura,
Teuku Umar, Hasanuddin dan ratusan ribu pejuang yang sempat dituliskan dalam
sejarah.
Perang Belanda
dan Indonesia terputus dengan kedatangan Jepang yang mengusir Belanda dari
Indonesia. Namun Belanda tak pergi jauh-jauh. Karena negara mereka berada dalam
Pakta Sekutu, maka mereka lalu mencari kesempatan untuk membonceng kembali ke
Indonesia.
Kalah dari
Jepang, Belanda mengundurkan diri ke Australia yang merupakan Sekutu bersama
Inggris. Begitu Jepang kalah, maka Sekutu membagi-bagi tentara mana yang akan
memasuki negara-negara yang pernah dikuasai Jepang.
Tentara Inggris
memilih negara Jepang.
Namun Amerika
Serikat juga berminat menduduki negara itu. Alasan Amerika negara mereka lebih
dekat dengan Jepang daripada Inggris. Dengan demikian mereka bisa mengawasi
secara langsung.
Inggris dapat
menerima. Karenanya, Amerika lalu menduduki Jepang dan Indonesia diduduki oleh
Inggris. Tetapi sesama tentara Sekutu sendiri mempunyai Gentlement Agrement
pula. Perjanjian antara mereka menyebutkan bahwa negara-negara yang pernah
diduduki oleh salah satu negara Sekutu sebelum kedatangan Jepang, dikembalikan
kepada negara tersebut.
Dalam hal ini,
sebelum kedatangan Jepang, Indonesia berada dibawah Belanda. Maka tentara
Inggris yang datang mengambil alih kekuasaan dari tentara Jepang, diboncengi
pula oleh tentara Belanda!.
Inggris punya
alasan yang kuat kenapa mengikut sertakan tentara Belanda dalam kedatangan
mereka ke Indonesia. Untuk masuk ke indonesia, mereka tak punay pengetahuan
sedikitpun. Yang tahu seluk beluk Indonesia, mulai dari A sampai Z adalah
Belanda. Sebab mereka telah menguasai negara ini selama ratusan tahun! Jadi
sebagai “penunjuk jalan” mereka membawa serta serdadu Belanda tersebut.
Dan dengan
sebuah “perjanjian bawah tangan” Inggris kemudian menyerahkan kekuasaan pada
Belanda atas seluruh wilayah Indonesia.
Dan Inggris
sendiri, kembali ke negara yang pernah mereka kuasai sebelum kedatangan Jepang.
Yaitu negara-negara Singapura, Malaya, Kalimantan Utara dan pulau Hongkong.
Saat peristiwa
ini, yaitu disaat si Bungsu berada di Pekan Baru, Belanda telah menerima
kembali kekuasaan terhadap wilayah-wilayah Indonesia dari Inggris.
Belanda
mengirimkan pasukannya yang berasal dari Koningkelyke Leger (KL). Yaitu balatentara
Belanda yang berasal langsung dari Kerajaan Belanda. Pasukan-pasukan KL ini
kejamnya bukan main.
Dan saat itu,
pasukan KL inilah yang mengepung kedai kopi dimana si Bungsu berada.
Lelaki yang
tadi melemparnya dengan pisau, dan yang berhasil dia tangkis dengan kecepatan
samurainya, tiba-tiba mendapati diri mereka sudah terkepung oleh enam serdadu
KL.
Kedua lelaki
itu berbalik cepat memasuki kedai. Dan sebelum si Bungsu atau isi kedai itu
sadar apa yang terjadi, dengan keyakinan bahwa si Bungsu adalah mata-mata
Belanda, lelaki itu menyergap si Bungsu.
Dia memiting
anak muda yang memegang “tongkat” itu dengan tangan kiri dari belakang.
Sementara tangan kanannya yang memegang pisau ditekankan pada leher si Bungsu.
Keenam serdadu
Belanda yang berpakaian loreng itu terhenti dipintu kedai. Mereka siap dengan
bedil dan sangkur terhunus. Mereka terhenti karena mendengar suara lelaki
berpisau itu berteriak :
“Kalau kalian
tidak mundur, saya akan membunuh mata-mata Nevis ini sampai lehernya potong…!”
seiring dengan ucapannya itu, dia menekan mata pisaunya makin kuat.
Tubuh si Bungsu
menggigil. Dan mata pisau itu menyayat kulit lehernya. Darah mengalir turun. Si
Bungsu benar-benar tak berdaya. Dia ingin mengatakan pada kedua lelaki itu.,
bahwa mereka salah terka. Dia ingin mengatakan bahwa dia tidak mata-mata
Belanda. Tapi bagaimana dia akan menerangkan dalam keadaan gawat begini?
Dan dia
teringat, situasinya kini persis seperti yang dihadapi oleh Akiyama di Birugo.
Atau seperti situasi Sersan Jepang yang dia sergap ketika patroli dekat jenjang
gantung Bukittinggi. Dan dia segera saja menyadari, betapa disergap dan diancam
dengan senjata tajam dileher memang sangat tak menyedapkan. Dia rasakan itu
kini. Dia memang mempunyai samurai di tangan kiri.
Tapi bagaimana dia
akan menggerakkan tangannya, kalau siatuasinya begini?
Sedikit saja
dia bergerak, dia yakin lelaki yang mengancam ini tak segan-segan memotong
lehernya dengan pisau yang amat tajam itu! Dia yakin hal itu!
Lelaki yang
mengancamnya membawanya menuju pintu. Mereka maju langkah demi langkah.
Sementara dipintu kedai yang terbuka lebar, keenam serdadu KL itu tetap saja
tegak dengan menodongkan senjata mereka.
“Apakah orang
ini memang mata-mata kita? Leutenant yang memimpin penyergapan itu bertanya
pada sergeant (sersan) disampingnya dalam bahasa Belanda.
“Saya tak
pernah melihat orang ini…” sergeant itu menjawab pula dalam bahasa Belanda.
“Kalau begitu
dia bukan anggota Nevis….” Kata Leutenant (Letnan) itu.
Nevis adalah
sebutan untuk badan mata-mata Belanda. Seperti halnya badan mata-mata Gestapo
Jerman terkenal dengan nama SS, mata-mata Amerika FBI untuk dalam negeri, dan
CIA untuk urusan Internasional, Inggris terkenal dengan Scotland Yardnya, maka
Belanda terkenal dengan Nevisnya!
Anggota-anggota
Nevis, sebagaimana jamaknya anggota mata-mata diseluruh dunia, tidak hanya
terdiri dari bangsa asli Belanda. Tetapi terdiri dari berbagai bangsa. Umunya
mereka memakai tenaga pribumi untuk menjadi mata-mata dimana mereka mempunyai
kepentingan.
Di Indonesia,
tidak sedikit pengkhianat-pengkhianat yang mau dibayar sebagai anggota Nevis.
Menjadi mata-mata untuk kepentingan penjajah! Dan sebagai anggota mata-mata
inilah si Bungsu kini diduga.
Dan nasibnya
memang benar-benar seperti telur diujung tanduk.
“Bagaimana…
kita tembak saja mereka?” Sergeant itu bertanya.
Namun Leutenant
tersebut tampak ragu-ragu. Namun akhirnya dia melihat dengan kaca mata
penjajahannya. Dia tidak mau melepaskan kedua lelaki yang mereka sergap ini.
Kedua lelaki itu nampaknya pejuang Indonesia yang amat ditakuti Belanda. Apa
salahnya membunuh seorang anggota Nevis bangsa Indonesia? Tak ada ruginya.
Kalau ada
pertanyaan dari atasan, katakan saja bahwa mereka terpaksa membunuh ketiga
orang itu secara “tak sengaja”. Dan ketiga orang yang mati itu adalah Inlander.
“Biarkan mereka
lewat sampai ke jalan raya. Dan begitu mereka melangkahi parit kecil itu,
tembak mereka….” Leutenant itu berkata perlahan dalam bahasa Belanda. Pura-pura
seperti tak berdaya karena lelaki itu mengancam mata-mata mereka!
Pendekar Dari Kaki Gunung Sago ; Bagian 054
No comments:
Post a Comment