Pendekar Dari Kaki Gunung Sago ; Bagian 055

Dalam hal peristiwa Datuk Hitam di Payakumbuh, yang memaksa dia untuk mepergunakan samurai itu justru Datuk itu sendiri. Betapapun susahnya si Bungsu untuk menahan diri agar tak tersinggung, namun Datuk itu seperti “memaksa” agar dia mempergunakan samurainya.

Si Bungsu barangkali takkan marah kalau yang dihina Datuk itu dirinya saja. Tapi begitu Datuk itu memaksa perempuan muda itu untuk melakukan hal-hal yang tidak-tidak, amarahnya segera bangkit. Dan terjadilah peristiwa itu.

Di Pekanbaru ini, sejak mula untuk menghindarkan dirinya terlibat dalam perkelahian, dia sengaja meninggalkan samurainya di penginapan.

Berhari-hari dia berjalan di pelosok kota tanpa samurainya. Namun suatu hari, yaitu di hari ke enam dia berada di kota itu, entah apa sebabnya, tahu-tahu dia mendapatkan dirinya berada ditengah kota dengan samurai itu ditangannya.

Dia benar-benar jadi sadar ketika duduk minum kopi di sebuah lepau cina. Ketika akan duduk, dia meletakkan samurai itu di atas meja.



“Jangan di sini tongkatmu diletakkan sanak, sandarkan saja di bawah….’ Kata orang yang duduk diseberang tempatnya. Ditatapnya “tongkat” yang melintang diatas meja itu.

“Samurai…” bisik hatinya. Kenapa sampai kubawa hari ini? Pikirnya lagi.



Dia coba mengingat apa sebabnya ketika akan meninggalkan bilik penginapan tadi pagi dia membawa samurai ini.

Tak ada sebab yang luar biasa. Rasanya setelah berpakaian, dia lalu bersisir. Kemudian membetulkan kasur.  Dan di bawah bantal dia terpegang pada samurainya. Tanpa sadar sepenuhnya, dia meletakkan samurai yang biasanya dia simpan di bawah bantal itu ke atas meja.

Selesai membetulkan kasur dan bantal, dia memakai sandal. Lalu sambil melangkah keluar, tangannya mengambil samurai di atas meja itu. Dan lupa untuk menyimpannya lagi ke bawah bantal. Lalu kini samurai itu terletak dia tas meja.



“Ambil tongkatmu itu bung!!” dia dikagetkan oleh suara lelaki itu kembali. Dengan gugup dia mengambil tongkatnya.

“Ya. Maaf, maaf….” Katanya sambil berjalan. Lebih baik dia mencari meja lain saja daripada duduk semeja dengan lelaki itu. Perasaannya mulai tak sedap. Kalau dia duduk saja di sana, mungkin bisa terjadi perkelahian yang tak diingini.



Makanya diambil tempat di sudut ruangan. Memesan segelas kopi es dan sepiring sate Pariaman. Ketika akan memakan sate, matanya melirik lagi kepada lelaki yang tadi mengherdiknya. Lelaki itu kelihatan gelisah. Sebentar-sebentar matanya memandang ke jalan raya.

Si Bungsu menjadi maklum, lelaki itu jadi pemberang karena ada sesuatu yang menyebabkan dirinya gelisah. Ketidak seimbangan pikiran membuat dia mudah tersinggung. Si Bungsu lalu makan satenya. Ketika dia akan meminum kopi esnya, seorang lelaki lain datang ke dekat lelaki yang menghardiknya tadi.

Mereka berbisik. Dan lelaki yang membentak si Bungsu tadi bergegas tekad. Nampaknya dia ingin melangkah ke arah si Bungsu. Namun deru kendaraan bermotor di luar membuat dia menghentikan langkahnyanya. Tapi tak urung dia menoleh dan berkata tajam:



“Mata-mata jahanam! Kau jual negerimu pada Belanda. Mampuslah kau!” dan seiring dengan ucapan ini, tangannya bergerak sangat cepat ke pinggang. Lalu tersenyum. Hanya naluri si Bungsu yang amat tajam itu sajalah yang menyelamatkan dirinya dari celaka.



Firasatnya merasa bahwa ada bahaya yang meluncur ke arahnya bersamaan gerak tangan lelaki itu. Dengan gerak reflek, dia menyambar dan mencabut samurai di atas meja. Dan dua kali samurainya berkelabat dengan amat cepat. Dan dengan sangat tepat sekali samurainya menghantam dua buah pisau kecil yang mengarah pada leher dan jantungnya.

Kedua pisau itu terpental dan menancap di loteng. Si Bungsu kaget. Kaget bukan atas serangan pisaunya, tapi kaget dengan tuduhan bahwa dia mata-mata Belanda. Dia ingin bicara, tapi kedua lelaki itu telah keluar dengan cepat. Namun di luar sudah berhenti mobil tadi. Dan dari atas sebuah Jeep Militer yang dicat loreng-loreng, berhamburan serdadu-serdadu Belanda!

Saat itu adalah hari-hari dimana Jepang telah menyerahkan kekuasaannya di Asia Raya pada belatentara Sekutu. Niat mereka semula untuk melanjutkan terus perjuangan menjadi batal karena perintah dari Tenno Haika, adalah penyerahan total.



Dengan demikian, tidak hanya balatentara Jepang, tetapi juga seluruh Kerajaan Jepang, termasuk Maharaja Tenno Heika, berada di bawah kekuasaan balatentara Sekutu yang di Asia dan Pasifik dipimpin oleh Jenderal Mack Arthur!.

Seluruh balatentara Jepang dilucuti. Para jenderal ditahan dan disiapkan untuk menghadapi Mahkamah Perang. Tenno Heika sendiri, meski tetap berada di istananya, namun secara de jure berada dibawah tawanan sekutu.

Bom atom yang dijatuhkan Amerika di kota Hiroshima dan Nagasaki telah menyebar sebuah bencana dan tragedi Nasional di negara Sakura itu. Ratusan ribu penduduk sipil dan militer mati seketika. Dan ratusan ribu lainnya menderita di rumah sakit. Mati secara perlahan atau menderita cacat seumur hidup. Perang telah meluluhlantakkan penduduk sipil yang tak tahu apa-apa. Perempuan, lelaki, kanak-kanak dan bayi mati jadi korban keganasan mesiu.

Dan Bom Atom yang meluluhkan itu, membuat rasa superior bangsa Jepang jadi merosot ketitik nol. Rasa bangga yang didengungkan selama ini oleh kalangan militer, bahwa Jepang penakluk dunia, tiba-tiba berlutut kehabisan daya dibawah sepatu Sekutu. Dan dengan demikian, dengan terhentinya peperangan Jepang Sekutu itu, terselamatkan pula ratusan ribu naywa lainnya. Nyawa dan harta benda yang terselamatkan itu terutama dipihak Jepang dan dipihak Sekutu.



Sebab, tiga puluh tahun kemudian, menurut analisa para ilmuan, kalau saja bom atom tak dijatuhkan dan memaksa Jepang bertekuk lutut, maka perang masih diperkirakan akan berlangsung selama setahun lagi.

Dan selama setahun itu, menurut perhitungan dipihak Sekutu akan jatuh korban nyawa sebanyak 200 ribu tentara. Dipihak Jepang akan jatuh korban sebanyak 900 ribu tentara. Tapi karena peperangan akan berlangsung di Negara Jepang sendiri, maka penduduk sipil yang akan mati oleh keganasan peluru itu, diperkirakan mencapai 2 juta!

Itu baru tentara dan penduduk Jepang. Karena Jepang menguasai negara-negara di Asia Tenggara maka mau tak mau, penduduk di negara-negara itu, termasuk Indonesia juga akan terkena getah peperangan.



Tapi untunglah bom atom menyelesaikannya. Dan korban yang demikian banyak tak perlu berjatuhan lagi. Baik dipihak Jepang maupun dipihak Sekutu. Namun tak berarti penderitaan bangsa Indonesia sudah berakhir. Berhentinya peperangan antara Sekutu dengan Jepang, justru merupakan titik sambung peperangan antara Belanda dengan tentara Indonesia.

Peperangan antara Belanda dan Indonesia itu sudah bermulai ratusan tahun yang lalu. Telah banyak pejuang-pejuang yang gugur. Sebutlah Iman Bonjol, Diponegoro, Pattimura, Teuku Umar, Hasanuddin dan ratusan ribu pejuang yang sempat dituliskan dalam sejarah.

Perang Belanda dan Indonesia terputus dengan kedatangan Jepang yang mengusir Belanda dari Indonesia. Namun Belanda tak pergi jauh-jauh. Karena negara mereka berada dalam Pakta Sekutu, maka mereka lalu mencari kesempatan untuk membonceng kembali ke Indonesia.



Kalah dari Jepang, Belanda mengundurkan diri ke Australia yang merupakan Sekutu bersama Inggris. Begitu Jepang kalah, maka Sekutu membagi-bagi tentara mana yang akan memasuki negara-negara yang pernah dikuasai Jepang.

Tentara Inggris memilih negara Jepang.

Namun Amerika Serikat juga berminat menduduki negara itu. Alasan Amerika negara mereka lebih dekat dengan Jepang daripada Inggris. Dengan demikian mereka bisa mengawasi secara langsung.

Inggris dapat menerima. Karenanya, Amerika lalu menduduki Jepang dan Indonesia diduduki oleh Inggris. Tetapi sesama tentara Sekutu sendiri mempunyai Gentlement Agrement pula. Perjanjian antara mereka menyebutkan bahwa negara-negara yang pernah diduduki oleh salah satu negara Sekutu sebelum kedatangan Jepang, dikembalikan kepada negara tersebut.

Dalam hal ini, sebelum kedatangan Jepang, Indonesia berada dibawah Belanda. Maka tentara Inggris yang datang mengambil alih kekuasaan dari tentara Jepang, diboncengi pula oleh tentara Belanda!.



Inggris punya alasan yang kuat kenapa mengikut sertakan tentara Belanda dalam kedatangan mereka ke Indonesia. Untuk masuk ke indonesia, mereka tak punay pengetahuan sedikitpun. Yang tahu seluk beluk Indonesia, mulai dari A sampai Z adalah Belanda. Sebab mereka telah menguasai negara ini selama ratusan tahun! Jadi sebagai “penunjuk jalan” mereka membawa serta serdadu Belanda tersebut.

Dan dengan sebuah “perjanjian bawah tangan” Inggris kemudian menyerahkan kekuasaan pada Belanda atas seluruh wilayah Indonesia.

Dan Inggris sendiri, kembali ke negara yang pernah mereka kuasai sebelum kedatangan Jepang. Yaitu negara-negara Singapura, Malaya, Kalimantan Utara dan pulau Hongkong.

Saat peristiwa ini, yaitu disaat si Bungsu berada di Pekan Baru, Belanda telah menerima kembali kekuasaan terhadap wilayah-wilayah Indonesia dari Inggris.



Belanda mengirimkan pasukannya yang berasal dari Koningkelyke Leger (KL). Yaitu balatentara Belanda yang berasal langsung dari Kerajaan Belanda. Pasukan-pasukan KL ini kejamnya bukan main.

Dan saat itu, pasukan KL inilah yang mengepung kedai kopi dimana si Bungsu berada.

Lelaki yang tadi melemparnya dengan pisau, dan yang berhasil dia tangkis dengan kecepatan samurainya, tiba-tiba mendapati diri mereka sudah terkepung oleh enam serdadu KL.

Kedua lelaki itu berbalik cepat memasuki kedai. Dan sebelum si Bungsu atau isi kedai itu sadar apa yang terjadi, dengan keyakinan bahwa si Bungsu adalah mata-mata Belanda, lelaki itu menyergap si Bungsu.



Dia memiting anak muda yang memegang “tongkat” itu dengan tangan kiri dari belakang. Sementara tangan kanannya yang memegang pisau ditekankan pada leher si Bungsu.

Keenam serdadu Belanda yang berpakaian loreng itu terhenti dipintu kedai. Mereka siap dengan bedil dan sangkur terhunus. Mereka terhenti karena mendengar suara lelaki berpisau itu berteriak :



“Kalau kalian tidak mundur, saya akan membunuh mata-mata Nevis ini sampai lehernya potong…!” seiring dengan ucapannya itu, dia menekan mata pisaunya makin kuat.



Tubuh si Bungsu menggigil. Dan mata pisau itu menyayat kulit lehernya. Darah mengalir turun. Si Bungsu benar-benar tak berdaya. Dia ingin mengatakan pada kedua lelaki itu., bahwa mereka salah terka. Dia ingin mengatakan bahwa dia tidak mata-mata Belanda. Tapi bagaimana dia akan menerangkan dalam keadaan gawat begini?

Dan dia teringat, situasinya kini persis seperti yang dihadapi oleh Akiyama di Birugo. Atau seperti situasi Sersan Jepang yang dia sergap ketika patroli dekat jenjang gantung Bukittinggi. Dan dia segera saja menyadari, betapa disergap dan diancam dengan senjata tajam dileher memang sangat tak menyedapkan. Dia rasakan itu kini. Dia memang mempunyai samurai di tangan kiri.



Tapi bagaimana dia akan menggerakkan tangannya, kalau siatuasinya begini?

Sedikit saja dia bergerak, dia yakin lelaki yang mengancam ini tak segan-segan memotong lehernya dengan pisau yang amat tajam itu! Dia yakin hal itu!

Lelaki yang mengancamnya membawanya menuju pintu. Mereka maju langkah demi langkah. Sementara dipintu kedai yang terbuka lebar, keenam serdadu KL itu tetap saja tegak dengan menodongkan senjata mereka.



“Apakah orang ini memang mata-mata kita? Leutenant yang memimpin penyergapan itu bertanya pada sergeant (sersan) disampingnya dalam bahasa Belanda.

“Saya tak pernah melihat orang ini…” sergeant itu menjawab pula dalam bahasa Belanda.

“Kalau begitu dia bukan anggota Nevis….”  Kata  Leutenant (Letnan) itu.



Nevis adalah sebutan untuk badan mata-mata Belanda. Seperti halnya badan mata-mata Gestapo Jerman terkenal dengan nama SS, mata-mata Amerika FBI untuk dalam negeri, dan CIA untuk urusan Internasional, Inggris terkenal dengan Scotland Yardnya, maka Belanda terkenal dengan Nevisnya!

Anggota-anggota Nevis, sebagaimana jamaknya anggota mata-mata diseluruh dunia, tidak hanya terdiri dari bangsa asli Belanda. Tetapi terdiri dari berbagai bangsa. Umunya mereka memakai tenaga pribumi untuk menjadi mata-mata dimana mereka mempunyai kepentingan.

Di Indonesia, tidak sedikit pengkhianat-pengkhianat yang mau dibayar sebagai anggota Nevis. Menjadi mata-mata untuk kepentingan penjajah! Dan sebagai anggota mata-mata inilah si Bungsu kini diduga.

Dan nasibnya memang benar-benar seperti telur diujung tanduk.



“Bagaimana… kita tembak saja mereka?” Sergeant itu bertanya.



Namun Leutenant tersebut tampak ragu-ragu. Namun akhirnya dia melihat dengan kaca mata penjajahannya. Dia tidak mau melepaskan kedua lelaki yang mereka sergap ini. Kedua lelaki itu nampaknya pejuang Indonesia yang amat ditakuti Belanda. Apa salahnya membunuh seorang anggota Nevis bangsa Indonesia? Tak ada ruginya.

Kalau ada pertanyaan dari atasan, katakan saja bahwa mereka terpaksa membunuh ketiga orang itu secara “tak sengaja”. Dan ketiga orang yang mati itu adalah Inlander.



“Biarkan mereka lewat sampai ke jalan raya. Dan begitu mereka melangkahi parit kecil itu, tembak mereka….” Leutenant itu berkata perlahan dalam bahasa Belanda. Pura-pura seperti tak berdaya karena lelaki itu mengancam mata-mata mereka!



Pendekar Dari Kaki Gunung Sago ; Bagian 054

No comments:

Post a Comment